Jurnal embun

by

"Suatu pagi saat rintikan embun masih bertebaran di udara, membuat para pelajar enggan untuk keluar dari singgasananya, kasur. Mereka masih nyaman dalam kelembutan rajutan halus selimutnya juga empuk kapuk sebuah kasur. Seketika awan menjadi gelap disertai angin kencang datang menandakan hujan akan berkunjung. Komplit sudah.


Sementara itu saya masih menikmati sarapan di sebuah warteg dengan seruput kopi pertama mendengarkan dialog para penyiar radio berkicau sambil memutarkan lagu-lagu hits, saat itu pun saya ditemani sebuah mendung pagi yang kelam. Saya memaksakan diri pergi ke kampus dengan tujuan untuk sekadar hadir karena sebetulnya jatah saya bolos matkul tersebut sudah hampir habis.


Tidak seperti biasanya, jalanan yang biasa saya lewati dengan berjalan kaki berhiaskan redup awan gelisah, gelap tapi belum hujan. Sepoi angin berhembus dengan sangat tenang. Saya masih khawatir hujan akan turun tiba-tiba tanpa permisi, karena pasti akan basah kuyup nantinya. Walau begitu cuaca pagi itu benar benar saya nikmati.
Bulan Desember masih menyisakan misteri dalam menyambut tahun baru, apakah kita mampu menikmati keajaiban dan kejutan tuhan diakhir tahun ini?


>> Jurnal memburu berita, ada keajaiban di sebuah embun pagi.