Pergi ke puncak gunung bersama teman memang satu pengalaman yang
mengasyikan. Kalau kalian mau tahu sifat dan karakter asli teman-teman kalian
sendiri, coba ajak mereka naik gunung! Disana ketahuan deh, mana
yang manja, mana yang care sama temennya, mana yang suka modus, mana yang jadi
pelawak sejati. Soalnya naik gunung itu capek! Ya, bukan main capeknya. Kalau
masih ada yang sempet nge-lucu dengan badan kedinginan, pegel-pegel, kelaperan
tapi jokes2 nya tetep lucu itu berarti mereka pelawak sejati.
Sekitar bulan November 2015 yang lalu, saya dan teman2 #BukanKomunitas pergi mendaki ke gunung Slamet
yang merupakan gunung tertinggi kedua di pulau Jawa dengan ketinggian 3.423
mdpl. Berangkat jam 9 p.m. dari Stasiun Pasar Senen menuju ke Stasiun Purwokerto.
Naik kereta Serayu Malam yang cukup membosankan karena kecepatan tempuhnya yang
lambat dan jalurnya yang muter2, tapi untungnya nge-trip bareng temen yang
asik. Asik ngecengin orang, Asik ngebully temen sendiri, asik
ganggu penumpang lain sampai ditegor petugas kereta.
Sesampainya di Stasiun Purwokerto sekitar pukul 8.30 a.m. (lama
kan?), kita langsung berangkat ke basecamp Bambangan pakai mobil bak terbuka
charteran. Kayak pendakian pada umumnya, kita registrasi dulu dipintu masuk
sekalian repacking dan cek kelengkapan logistik buat
persiapan naik.Kita harus melewati 10 pos yang jarak antar posnya cukup jauh
dengan track yang cukup ‘ngeselin’ sebelum kita mencapai puncak tertinggi jawa
tengah ini. Kita memulai pendakian sekitar pukul 02.00 p.m. dan saat itulah
petualangan dimulai.
Ritual sebelum pendakian: foto-foto.
Pemandangan pertama yang didapatkan ialah ladang pertanian
penduduk sebelum sampai di pos payung. Dinamakan pos payung karena bentuknya
yang mirip seperti payung raksasa tepat ditengah perkebunan penduduk, pos ini
merupakan pos yang pertama. Mulai dari pos ini, vegetasi hutan akan cukup
berbeda sepanjang pos 1-2-3 kita akan menemui pepohonan yang lebat nan asri.
Sesampainya di pos 3, kita akan disambut oleh pohon cemara yang mengelilingi
pos ini, itulah sebabnya pos ini dinamakan pos cemara. Estimasi perjalanan dari
pos 1 sampai pos 3 ini sekitar 4 jam. Maklum dihalau oleh cuaca yang kurang
mendukung karena hujan yang deras sehingga track cukup licin.
Sesampainya di Stasiun Purwokerto sekitar pukul 8.30 a.m. (lama
kan?), kita langsung berangkat ke basecamp Bambangan pakai mobil bak terbuka
charteran. Kayak pendakian pada umumnya, kita registrasi dulu dipintu masuk
sekalian repacking dan cek kelengkapan logistik buat
persiapan naik.Kita harus melewati 10 pos yang jarak antar posnya cukup jauh
dengan track yang cukup ‘ngeselin’ sebelum kita mencapai puncak tertinggi jawa
tengah ini. Kita memulai pendakian sekitar pukul 02.00 p.m. dan saat itulah
petualangan dimulai.
Sesampainya
di pos 4, sudah banyak pendaki lain yang membuat tenda dan kami sampai tidak
kedapatan lahan buat nenda. Karena areacampsudah tidak dapat menampung, maka
dengan terpaksa kita harus buka lahan dan membuka tenda di tempat yang
berdekatan dengan pos 4. Walaupun itu berada disisi jalur.Waktu menunjukkan
pukul 8.20 p.m. dan 3 tenda telah selesai terpasang juga makanan yang sudah
dimasak para cewek udah siap disantap. Disini kita cuma ngobrol2 seru sambil
isi tenaga buat summit attack jam 2 pagi. Ya pagi banget kan? Kita masih harus
kejar 6 pos buat sampai dipuncak untung dapetin sunrise yanginstagramableitu.Sayang, karena kita muncak dini
hari dan saat itu kabut buat suasana malam semakin gelap, kita gak bisa
menikmati pemandangan edelweiss basah di jalur sangiah rangkah yang katanya
indah itu.
Namun
pemandangan yang didapat sekitar pukul 5 pagi di Plawangan, satu pos menjelang
puncak gunung, benar-benar tidak mengecewakan. Suasana dingin membeku dari pagi
dini hari menuju fajar yang hangat membuat kita memutuskan untuk memasang
kompor dan menyeduh segelas kopi dengan view sunrise yang spektakuler itu.
Menuju
puncak. Perjalanan menuju puncak gak pernah ada yang indah. Semuanya
perjuangan, begitu pun puncak gunung Slamet, vegetasi sudah sangat berubah dari
9 pos sebelumnya. Jalur dipenuhi oleh bebatuan kering dan pasir dengan track
yang sangat terjal, sama halnya saat kita akan menggapai Mahameru di gunung
Semeru dan Dewi Anjani di gunung Rinjani.Sesampainya dipuncak kita bisa melihat
kawah dan orang-orang yang sibuk mengabadikan momen itu melalui jepretan
kamera, juga tentunya kita disambut oleh awan-awan yang indah tepat berada
dibawah kaki kita.