Jurnal Guntur

by

Membaca berita yang tersebar lewat media sosial maupun warta online mengenai cuaca buruk yang melanda Gunung Guntur pada tanggal 26 Januari tidak menyurutkan niat kami untuk tetap melakukan pendakian untuk tanggal 30 Januari. Insiden itu ramai diperbincangkan karena telah memakan korban.


Setibanya di kaki gunung guntur, kami sempat bertanya pada warga setempat yang katanya mengetahui kejadian itu. Ada yang bilang petir menyambar saat pendaki berkemah di puncak 1 saat cuacanya lagi buruk, pendaki itu asik bermain ponsel, akibatnya percikan listrik  menyambar tangan korban hingga menyebabkan mati rasa. Ada pula yang mengatakan bahwa disekitaran tempat pendaki itu berkemah, terdapat genangan air yang memicu petir menyambar kubangan air itu. Alhasil melalui olah TKP, studi kasus dan wejangan dari para suhu setempat, kami masih diperbolehkan dan aman untuk melanjutkan pendakian.

Gunung Guntur merupakan salah satu gunung yang mengelilingi kota Garut selain gunung Cikaracak, Gunung Papandayan, dan Gunung Cikuray. Ketinggian gunung ini yang hanya berkisar 2249 mdpl, walaupun pendek tapi tidak semudah yang kita bayangkan. Tracknya yang terkenal gersang dan kering, berbatu dan landai akan membuat suasana pendakian lebih menantang.


Pendakian dimulai dari basecamp, kami tidak ikut truk pengangkut pasir jadi kami harus berjalan sekitar 30 menit untuk sampai ke tempat pendakian awal. Track yang akan dilalui kurang lebih meliputi pasir berbatu, air terjun, rimbun pohon, hingga tanjakan yang landai hingga akhirnya mencapai puncak 1. Kami berhasil mencapai puncak 1 selama kurang lebih 7 jam, itu sudah termasuk makan siang dulu di pos 3 , main air disekitaran curug citiis dan berfoto-foto.

A photo posted by Samudra Fachry (@jesamudra) on

Beruntung kami tidak menemui cuaca Guntur yang katanya kering kerontang dan panas terik yang membara, pasalnya cuaca saat itu amat sejuk dinaungi awan-awan yang mendung.

Sesampainya di puncak 1, kita menemukan adanya kejanggalan. Suasana begitu sepi dan dingin, hanya ada suara angin kencang berhembus bersamaan dengan rintik air hujan. Kami sudah diperingati oleh para penjaga di volunteer pos 3 bahwa cuaca kurang baik untuk nge-camp di puncak. Ternyata benar saja, ada badai yang lumayan kencang diatas. Saya belum pernah merasakan angin yang bertiup sekencang ini di puncak gunung manapun. Jarak pandang mungkin sekitar 10 m karena ditutupi kabut tebal.

Kami mencari tempat camp yang bisa melindungi kita dari tiupan angin kencang itu. Beruntung di puncak 1 ada tempat yang terlindung karena dikelilingi lembah2 juga beberapa pohon. Maka kami pun mendirikan tenda ditempat tersebut.

Pukul 16.00 badai berhenti, beberapa pendaki sudah ada yang ikut nge-camp bareng kita, semuanya sudah bersih dan bersiap untuk makan malam, kami berencana untuk menaiki puncak 3 di keesokan paginya. Jadi dari sore hingga pagi kita stay di tempat camp sambil makan dan bercanda tampan.


After packing. Before summit to the Top.

Di keesokan harinya, sekitar pukul 8, kami packing untuk kembali menaiki puncak 3. Kami membawa kembali tenda dan memasukkannya kedalam carrier. Untuk menuju ke puncak kedua dan ketiga sebenarnya tidak sesulit menuju puncak 1 yang tracknya amat landai sampai betis kaki dibuatnya cenat cenut. Perjalanan dari puncak 1 hingga puncak 3 sekitar 20 menit. Lalu sampai lah kita ke top puncak 2249 mdpl Guntur.

Waktu menunjukkan pukul 09.00, setelah selebrasi di top puncak untuk berfoto, rasanya kami tertarik untuk menuju ke puncakan 4 yang terlihat didepan mata. Tracknya yang tak terlihat karena tertutupi kabut yang tebal membuat kami merasa takut untuk pergi kesana, khawatir kami tidak tahu orientasi medan disekitar track itu. Namun sesaat ketika kabut itu pergi menghilang, jalur tersebut berhasil kita amati dengan jelas dan kita pun bertekad untuk menyusuri sisi lain Guntur berikutnya.

We've got the top!

Perjalanan menuju puncak 4 dan 5 tidak memakan waktu yang lama hanya sekitar 1 jam saja, banyak spot bagus yang mungkin jarang diketahui oleh para pendaki umumnya. Apalagi dipuncak 5 berdekatan dengan kawah guntur yang eksotis. Suasana di puncak 5 memang sepi dan mencekam. Hanya ada ilalang dan edelweis-edelweis muda. View seperti hutan mati Papandayan dan padang rumput yang hijau di argopuro akan kita dapatkan di track dari puncak 4 menuju puncak 5.
A photo posted by Samudra Fachry (@jesamudra) on


Track menuju puncak 5

Ciye otw puncak 5

*Note*
Perjalanan kami dimulai dari terminal Kp. Rambutan menuju terminal Garut,untuk menuju Guntur baiknya berhenti di pertigaan alfamidi Cipanas sebelum alun-alun kota Garut. Sehingga tidak ada ongkos tambahan kedalam sana. Buff and sunblock itu diwajibkan buat kalian yang gak mau kulitnya terbakar saat berkegiatan outdoor.
*Itenirary*
Bus AC Kp. Rambutan - Garut     Rp. 52.000, PP  RP.  104.000
Pertigaan menuju basecamp       RP. 10.000, PP  Rp.   20.000
-------------------------------------------------------------------------+
 Biaya transportasi total                                     Rp. 124.000
(Belum termasuk logistik, kebutuhan pribadi, dan bahu untuk bersandar) #Yaelahbro.


>> Jurnal memburu berita, tertarik untuk menjajal Rinjani-nya Garut ini?